Dua hari di FPSO Ratu Nusantara, membuat saya mengetahui langsung aktivitas karyawan Petronas dan M3KS di sana. Selain semangat kerjanya yang luar biasa, nuansa spiritualitas juga sangat terasa.
Seorang pimpinan FPSO yang satu kamar dengan saya, beliau pagi hingga sore bekerja. Usai kajian, berbuka, hingga salat tarawih, beliau kembali bekerja. Rapat dan membuat laporan hingga jam 11 malam. Jam 2 dini hari sudah bangun dan kembali mengerjakan laporan. Lalu tahajud dan tilawah kemudian sahur bersama. Ba’da Subuh, melanjutkan tilawahnya.
“Jauh dari keluarga, spiritualitas kita harus lebih kuat, Ustadz.” Demikian kira-kira jawaban beliau saat saya tanya. Pekerjaan mengharuskan karyawan Petronas berada di tengah laut selama dua pekan, jauh dari keluarga. Setelahnya, dua pekan mereka off, bisa berkumpul kembali bersama keluarga. Bahkan untuk karyawan M3KS, mereka harus berada di tengah laut selama empat pekan.
“Alhamdulillah, di sini shalat jamaah kami lebih terjaga,” kata karyawan lainnya. Saya menjadi saksi cukup makmurnya mushala. Apalagi saat isya’ dan tarawih. Dua mushala yang terhubung dengan live camera penuh dengan jamaah.
Baca juga: Ketika Rencanamu Ambyar
Usai tarawih, tidak semuanya langsung istirahat. Sebagiannya tadarusan. Pun usai Subuh. Sebagian karyawan melanjutkan tilawah. Doa-doa mereka juga tampak lebih khusyu’. Banyak wajah teduh, menyiratkan kelembutan hati di baliknya. Terbukti, saat kultum tarawih, tampak sebagian mereka matanya berkaca-kaca.
“Di sini lebih khusyu’ karena pekerjaan kami berisiko tinggi, Ustadz.” Saya langsung memahami. Sebab begitu helikopter mendarat, saya langsung diajak ke ruang induction. Di sana dijelaskan risiko di FPSO hingga langkah dan jalur evakuasi.
Baca juga: Tilawah dan Keberkahan Waktu
Saya menyebutnya sebagai keberkahan. Saat sebuah kondisi menjadikan kita lebih dekat dengan Allah dan merasa sangat butuh pertolongan-Nya. Butuh penjagaan-Nya untuk kita, juga penjagaann-Nya untuk keluarga yang jauh dari kita. Bisa jadi doa-doa khusyu’ yang terpanjatkan dari tengah samudra itulah yang membuat anak-anak menjadi lebih shalih dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Fisik mereka memang tidak bertemu, tetapi doa yang melangit menautkan hati mereka dalam ikatan cinta. []