Kamis, 6 Juli 2023, Muchlisin menghadiri pernikahan Linggar dan Zumrotus Sholikhah di Dusun Landean, Desa Kedungwaras, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. Dalam rangkaian walimah tersebut, Muchlisin mendapat amanah untuk menyampaikan maudhatul hasanah alias nasihat pernikahan.
Kedungwaras merupakan desa kelahiran Muchlisin. Di sana pula ia belajar agama kali pertama. Karenanya, ia mengawali dengan menyampaikan bahwa ia tidak sedang menyampaikan mauidhatul hasanah melainkan hanya meneruskan kalimat-kalimat dari gurunya, antara lain Ustadz Achmadi yang juga hadir pada walimah tersebut.
Berikutnya, penulis buku Cinta Sehidup Sesurga ini menjelaskan tujuan pernikahan menurut Surat Ar-Rum ayat 21 adalah membentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
Sedangkan Rasulullah mengajarkan doa untuk pengantin yang memintakan keberkahan untuk keduanya. Dengan demikian, menurut Muchlisin, pernikahan semestinya bisa membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, rahmah, wa barakah.
Sakinah
“Sakinah adalah ketenangan. Dengan menikah, seseorang menjadi tenang karena tak lagi galau soal siapa yang akan menjadi jodohnya,” kata pembina Klinik Nikah Gresik ini.
Semestinya keluarga juga membuat sepasang suami istri sama-sama merasakan ketenangan. Ketika suami lelah setelah bekerja atau ada masalah di luar sana, hatinya menjadi tenang begitu sampai di rumah karena bertemu istri yang menyambutnya sepenuh cinta. Ketika istri sedih atau gelisah, ia juga menjadi tenang ketika suami memberikan pundaknya untuk bersandar.
Lalu mengapa banyak pasangan justru tidak merasakan ketenangan dalam berumah tangga? Sering terjadi pertengkaran bahwa akhirnya berantakan hingga terjadi perceraian? Padahal perceraian adalah prestasi setan yang paling disukai oleh iblis.
Konselor Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Kabupaten Gresik ini menjelaskan, dalam Al-Qur’an, kata sakinah dalam bentuk ma’rifat (as-sakinah) disebutkan dua kali yakni Surat Al-Fath ayat 4 dan 18. Dalam bentuk nakirah disebutkan lima kali yakni sakinah pada Surat Al-Baqarah ayat 48, sakinatahu pada At-Taubah ayat 26, At-Taubah ayat 40, serta Al-Fath ayat 26, serta litaskunu ilaiha pada Surat Ar-Rum ayat 21.
Dari semua ayat itu, ternyata sakinah hanya Allah berikan kepada orang yang beriman. Karenanya, jika suami istri ingin merasakan sakinah sehingga terhindar dari perceraian, keduanya harus menjaga iman. Antara lain suami menjaga pandangan sehingga ia tidak tergoda dengan wanita lain. Istri menjaga pergaulannya agar tidak tergoda dengan laki-laki lain.
Mawaddah
“Mawaddah adalah cinta yang bernuansa romantisme. Tertarik karena faktor fisik. Bahwa suaminya tampan dan istrinya cantik. Meskipun tampan dan cantik itu relatif. Mawaddah inilah yang melahirkan hasrat dan gairah. Umumnya, ia dominan pada pasangan muda,” lanjut Ketua FLP Jawa Timur ini.
Selanjutnya, ia memberikan contoh bagaimana Rasulullah mengajarkan membangun mawaddah. Misalnya memanggil istri dengan panggilan kesayangan. Rasulullah memanggil Bunda Aisyah dengan sebutan “humaira” yang artinya pipinya kemerah-merahan.
“Nanti Mas Linggar manggil Mbak Zum apa?” Yang ditanya tersenyum malu-malu.
“Bebeb,” jawab beberapa ibu-ibu, disambut tawa hadirin lainnya.
Rasulullah sering mengajak istrinya bepergian. Rasulullah mengajak Bunda Aisyah nonton parade militer berdua dalam posisi Bunda Aisyah menyandarkan kepalanya di pundak Rasulullah. Rasulullah juga pernah mengajak Bunda Aisyah lomba lari. Bahkan, Rasulullah pernah mandi berdua dengan Bunda Aisyah.
Rahmah
“Meskipun sama-sama cinta, rahmah berbeda dengan mawaddah. Rahmah adalah kasih sayang karena faktor non fisik. Karena iman, komitmen, dan karakter.”
Rahmah membuat rumah tangga menjadi langgeng meskipun tak bisa lagi romantis-romantisan. Semakin tua usia pernikahan, rahmah harus semakin dominan. Di antara cara membangun rahmah adalah sama-sama mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya dengan mendirikan sholat tahajud. Karena hakikatnya cinta dan kasih sayang itu milik Allah, Dialah yang memberikannya kepada kita. Cinta dan kasih sayang adalah urusan hari dan Allah-lah yang kuasa membolak-balikkan hati ini.
Melalui lisan Rasulullah, Allah menjanjikan rahmah kepada orang-orang yang mengamalkan sholat tahajud suami istri.
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ رَشَّ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى رَشَّتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ
Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan istrinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang perempuan yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air ke wajahnya. (HR. An Nasa’i. Hadits senada juga diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi)
Barakah
Pada bagian terakhir nasihat pernikahan ini, Muchlisin menyampaikan bahwa barakah adalah ziyadatul khair, bertambahnya kebaikan. Apa pun kondisi rumah tangga, baik sedang mendapat nikmat atau mengalami musibah, yang diminta oleh Rasulullah untuk keluarga muslim adalah berkah.
Di antara bentuk keberkahan itu adalah pasangan suami istri saling setia di dunia dan cinta mereka abadi hingga surganya. Sebab keluarga itu terbagi menjadi empat golongan:
- Suami masuk neraka, istri masuk surga. Misalnya Fir’aun dan Asiyah.
- Suami masuk surga, istri masuk neraka. Misalnya Nabi Nuh dan istrinya. Nabi Luth dan istrinya.
- Suami istri sama-sama masuk neraka. Misalnya Abu Lahab dan istrinya.
- Suami istri sama-sama masuk surga. Misalnya Rasulullah dan istri beliau.
Jadi, berkah itu bukan hanya harmonis di dunia tetapi juga berkumpul lagi di surga-Nya. Termasuk, mendapatkan anak-anak shalih dan shalihah yang juga sama-sama masuk surga. []